Minggu, 04 Desember 2011

PROPAGANDA EVOLUTIONIS DI HISTORY CHANNEL

Sekitar akhir Januari, Perusahan Televisi History Channel memulai propaganda evolusionis berisi empat acara. Yang menarik, propaganda ini bukan saja ada di History Channel, karena saluran lain seperti National Geographic dan Discovery Channel meningkatkan propaganda evolusionis mereka pada saat yang bersamaan.

Di balik penayangan ini, berangkat dari tiga arah yang berbeda, terletak perkembangan yang baru saja terjadi di dunia ilmiah dan yang membuktikan tidak validya teori evolusi. Saluran-saluran pendukung evolusi ini mengarahkan kampanye propaganda mereka untuk menutupi kerusakan yang telah diakibatkan oleh penemuan ini terhadap teori evolusi.

Serial yang mulai ditayangkan History Channel berjudul Ape Man (Manusia Kera). Namun, sejak History Channel pertama kali menayangkan acara ini, telah terjadi perkembangan baru yang merusak skenario evolusi manusia. History Channel telah dengan sengaja mengabaikan perkembangn ini dan tidak segan menayangkan cerita usang yang tidak lagi berharti dengan adanya penemuan-penemuan baru. Kami sajikan di bawah ini perkembangan tersebut agar menjadi perhatian History Channel dan meminta mereka tidak menayangkan hal-hal yang telah terbantah oleh fakta-fakta ilmiah untuk kepentingan propaganda Darwinis.

Runtuhnya Skenario Evolusi Manusia; April 2002- Januari 2003

Fossil dari Georgia Merupakan Pukulan Mematikan bagi Skenario Evolusi Manusia

4 Juli - Fosil tengkorak yang digali dalam penggalian arkeologi Dmanisi, Republik Georgia tahun 1999 menghasilkan reaksi luas di dunia ilmiah. Usia dan bentuk tulang-tulang fosil sepertinya bertentangan dengan kronologi evolusionis. Berdasarkan fosil ini, sejumlah palaeontolog terkenal menekankan tidak validnya beberapa skenario evolusi klasik di Konferensi Seckenberg Conference, Jerman.1 Tengkorak terakhir yang ditemukan di Dmanisi semakin memperparah kerusakan skenario teori evolusi yang terjadi akibat penemuan pertama. Fosil ini menyebabkan kehebohan di media, dan dilaporkan oleh MSNBC dengan judul "Fossil Discovery Upsets Theory on Human Origins" (Penemuan Fosil Mengacaukan Teori Asal Usul Manusia). 2 Paleontolog yang mencari "rantai yang hilang" khayalan tidak dapat lagi mempertahankan pendapat lama mereka dengan adanya gambaran yang muncul dengan meningkatnya jumlah fosil yang tidak sesuai dengan kronologi evolusionis. Tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa evolusi terjadi dari kera ke manusia yang telah ditemukan dalam catatan fosil.

Fosil Yang Membuat Mereka Mengaku:

Sahelanthropus tchadensis

7 Juli -Dongeng evolusi yang telah berlaku dalam 150 tahu terakhir mendapat hantaman dengan ditemukannya sebuah fosil tengkorak di Chad bernama Sahelanthropus. Daniel Lieberman, seorang antropolog dari Universitas Harvard, menggambarkan fosil berusia tujuh juta tahun sebagai penemuan abad ini dan mengatakan, "Penemuan ini akan berakibat seperti sebuah bom nuklir kecil."3 Fosil ini benar-benar menggulingkan mitos evolusionis tentang tahapan yang dimulai dari kera dan berakhir denganmanusia modern. Difahami bahwa gagasan "manusia-kera" memiliki bentuk yang semakin modern, sebagaimana dipertahankan oleh suratkabar dan majalah, tidak benar. Terlebih lagi, juga diketahui bahwa yang katanya rantai yang hilang (antara manusia dan kera), yang digunakan secara luas sebagai alat propaganda yang menurut evolusionis akan ditemukan suatu hari nanti, hilang karena memang tidak pernah ada. Palaeontolog Henry Gee, editor jurnal terkemuka Nature yangmengumumkan penemuan fosil ini pada dunia, menggambarkannya sebagai "penemuan terpenting dalam pencarian asal-usul manusia yang pernah diingat" dan menulis tulisan berikut di suratkabar Guardian:

Apapun hasilnya, tengkorak ini menunjukkan, sekali dan untuk semua, bahwa gagasan "rantai yang hilang" itu omong kosong… seharusnya sekarang cukup jelas bahwa gagasan rantai yang hilang, yang selalu goyah, sekarang benar-benar tidak dapat dipertahankan. 4

Spekulasi yang Dipaksakan di Majalah Time

27 Agustus -Analisa mendetil oleh Joseph Mastropaolo, ilmuwan terkenal dunia dan anggota American Physiological Society (Masyarakat Fisiologi Amerika), menyatakan tidak validnya propaganda evolusionis Time. Majalah Time mengumumkan pada dunia bahwa fosil spesies Ardipithecus ramidus kadabba yang ditemukan oleh antropolog Universitas California Berkeley, Yohannes Haile-Selassie di Ethiopia merupakan "rantai yang hilang". Dalam berita sampulnya tanggal 23 Juli 2001 berjudul "Kenalkan nenek moyang Anda yang baru ditemukan, makhluk hutan seperti simpanse," Time menjelaskan fosil ini sebagai nenek moyang evolusioner yang berjalan dengan dua kaki. Evolusionis yang mempelajari fosil ini menyatakan bahwa makhluk tersebut berusia 5.5-5.8 juta tahun dan dapat berjalan dengan dua kaki. Namun, tulang yang mereka gunakan untuk menelurkan pendapat ini hanyalah sebuah jari kaki. Sekitar 95% kerangkanya hilang, namun evolusionis masih membuat pernyataan yang sungguh-sungguh tidak realistis bahwa jari kaki ini seharusnya menunjukkan makhluk ini dapat berjalan dengan dua kaki, sehingga menunjukkan bahwa manusia dan kera berevolusi dari satu nenek moyang. Majalah evolusionis Time merasa tidak perlu mempertanyakan apakah pernyataan ini memiliki dasar ilmiah, dan menggambarkan pada dunia dongeng evolusi yang dibesar-besarkan dengan gambar manusia kera, sebagai fakta ilmiah.

Mastropaolo, yang dianggap sebagai salah satu ahli di dunia palaeontologi, ingin merasa yakin dengan kenyataan ini dengan memeriksa sendiri jari kaki itu. Ia membandingkan tulang jari kaki Kaddaba dengan milik manusia, simpanse dan baboon. Dengan membandingkan anatomisnya dengan pendekatan matematis, Mastropaolo sampai pada kesimpulan yang sangat berbeda. Jari kaki ini tidak mirip simpanse atau baboon sama sekali. Juga tidak cukup mirip denga jari kaki manusia.

Penemuan Mastropaolo diungkapkan di Konferensi San Diego yang diselenggarakan oleh American Physiological Society pada tanggal 27 Agustus 2002. Dijelaskan dalam akhir makalahnya bahwa gagasan tentang nenek moyang evolusioner yang berjalan tegak murni hasil khayalan:

Oleh karena itu, analisa keturunan yang obyektif terhadap tulang fosil menunjukan bahwa kesimpulan Haile-Selassie dan Robinson merupakan spekulasi yang tak dapat dipercaya.5

"Simpanse Dengan Dua Kaki Berlari Melalui Teori Darwin"

13 September - Laporan penemuan dalam suratkabar Skotlandia, The Scotsman, mencabik-cabik satu lagi mitos klasik evolusi. Kita semua telah melihat diagram manusia kera dalam berbagai surat kabar dan majalah evolusionis, yang dimulai dengan kera yang berjalan dengan empat kaki dan kemudian semakin mirip dengan manusia, akhirnya menjadi manusia modern. Menurut teori yang mendasari perkembangan ini, manusia katanya berevolusi dari kera yang berjalan dengan empat kaki. Namun, sekelompok simpanse yang ditemuakn oleh Dr. Robin Crompton seorang antropolog Universitas Liverpool tidak sesuai dengan kisah ini. Peneliti ini bertemu simpanse di hutan Bwindi, Uganda yang dapat berjalan dengan dua kaki. The Scotsman meliput cerita ini dengan tajuk "Chimps On Two Legs Run Through Darwin's Theory" (Simpanse Dengan Dua Kaki Berlari Melalui Teori Darwin). Dr. Crompton berkomentar, "Ini bertentangan dengan gagasan yang diterima bahwa kita berevolusi dari simpanse yang berjalan dengan buku-buku jarinya - atau berjalan dengan keempat kakinya."6

Perbedaan Genetis Antara Manusia dan Simpanse Meningkat Tiga Kali Lipat

23 September - Ada sebuah kisah yang diciptakan evolusionis dengan informasi palsu dan penerjemahan sepihak yang digunakan dalam tajuk-tajuk berita selama puluhan tahun, yaitu: Gagasan bahwa manusia dan simpanse berkerabat berdasarkan analisa genetis. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perbedaan genetis manusia dan simpanse tiga kali lebih besar daripada yang dipercayai.7 Bagaimana penelitian ini telah memperbesar perbedaan itu menujukkan tidak validnya pernyataan evolusionis mengenai hubungan genetis.

Kesimpulan

Sebagaimana telah kita lihat, banyak sekali perkembangan ilmiah hanya dalam rentang waktu enam bulan yang telah menunjukkan tidak validnya teori evolusi tentang asal-usul manusia. History Channel seharusnya tidak enggan lagi menghadapi kenyataan ilmiah yang telah berusaha ditutupinya. Alih-alih membabi buta dengan propaganda Darwinis, mereka seharusnya menjelaskan dengan jelas dan lengkap sebagai saluran sejarah, bagaimana penemuan ilmiah dalam 150 tahun terakhir telah menghancurkan Darwinisme.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop