Minggu, 04 Desember 2011

KISAH BOHONG DARI SALURAN NATIONAL GEOGRAPHIC

Dokumenter Humans: Who Are We? (Manusia: Siapakah Kita?), salah satu dokumenter yang disiarkan oleh Saluran National Geographic (NGC), berisi skenario mitos evolusi yang paling terkenal. Kesalahan dan penipuan ilmiah dalam dokumenter ini dijelaskan sebagai berikut.

Pertentangan NGC dan Pandangan Lamarck Tentang Evolusi

Dalam dokumenter di NGC, mula-mula terdapat pengantar dari antropolog Ian Tattersall. Diantara pernyataan awalnya adalah pendapat, "Human evolution did not happen as the result of needs, it was entirely coincidental." ("Evolusi manusia tidak terjadi arena kebutuhan, melainkan benar-benar kebetulan") Namun kebutuhan yang mungkin telah menyebabkan manusia-kera berevolusi menjadi manusia kemudian digambarkan berulang kali dalam menit-menit penayangan selanjutnya. Inilah salah satu kontradiksi yang paling jelas dalam keseluruhan acara.

Sebenarnya, kontradiksi seperti ini dialami oleh banyak evolusionis, bukan hanya NGC atau Ian Tattersall. Untuk menjelaskan lebih lanjut akan hal ini. Mari kita simpulkan perbedaan antara konsep "evolusi sebagai akibat kebutuhan" dan "evolusi sepenuhnya sebagai hasil sebuah kebetulan" (meskipun keduanya nyata-nyata dongeng tidak ilmiah).

Sebelum Darwin, figur penting lain mengajukan model evolusi dalam subyek tentang asal-usul makhluk hidup: ahli biologi Perancis Jean-Baptiste Lamarck. Pendapat Lamarck agak berbeda dengan pandangan evolusionis masa kini. Dalam pandangannya, keharusan atau kebutuhan mempengaruhi organ-organ hewan itu sendiri. Mari kita lihat ilustrasi pendapat Lamarck dengan contoh leher jerapah. Menurut teorinya, leher jerapah pertama sama panjangnya dengan leher kijang atau rusa. Namun, jerapah yang mengalami kekurangan makanan berusaha mencapai sumber makanan yang lebih banyak di pohon-pohon yang lebih tinggi. Suatu kebutuhan telah muncul. Sebagai akibatnya, leher jerapah yang ingin mencapai puncak-puncak pohon tumbuh lebih panjang.

Lamarckisme mendasarkan pendapatnya pada "penurunan sifat bawaan". Dengan kata lain, jerapah yang mencoba mencapai pohon-pohon yang tinggi selama hidupnya seharusnya dapat menurunkan sifat ini kepada keturunannya. Namun, dengan penemuan hukum genetika, dapat dilihat bahwa sifat yang didapat tidak dapat diturunkan sama sekali.

Sebagai akibatnya, Lamarckisme telah dianggap tidak sesuai secara ilmiah di awal abad keduapuluh. Namun evolusionis terus mengajukan pandangan-pandangan Lamarck dari waktu ke waktu. Di satu fihak ketika terjadi kritik pedas terhadap Lamarck, skenario mereka mengenai asal-usul kehidupan masih menunjukan tanda-tanda kekuatannya. Mitos tentang kaki depan yang bebas untuk membuat perlengkapan, membuat manusia menjadi makhluk bipedal (berjalan dengan dua kaki), pendapat bahwa manusia Neanderthal berevolusi agar dapat hidup di iklim dingin, sebagaimana diajukan oleh NGC, dan bahwa Australopithecus berevolusi agar beradaptasi dengan lingkungannya saat hutan lebat mulai menipis -semuanya berpegang pada asumsi bahwa evolusi terjadi karena kebutuhan.

Alasan mengapa pendkung evolusi menggunakan istilah-istilah paham Lamarck di satu sisi, sementara di sisi lain mengkritik pendapatnya habis-habisan, adalah: Menurut teori evolusi, agar seekor monyet dapat berdiri di atas kedua kakinya, misalnya, ia harus mengalami mutasi yang akan menyebabkan perubahan sensitif pada kerangkanya, dan lebih jauh lagi tidak akan menyebabkan kerusakan apapun. Hal ini dalam skenario apapun tidak mungkin terjadi. Membutuhkan mutasi kebetulan yang terjadi pada waktu yang tepat saat makhluk hidup tersebut sedang membutuhkannya, dan ini harus terjadi berulangkali lagi pada anggota spesies yang sama, sehingga menyebabkan perkembangan sedikit demi sedikit setiap kali. Ketidakmungkinan skenario ini hanya mempertegas hal-hal tidak masuk masuk akal dari seluruh konsep evolusi.

Di muka umum evolusionis menolak untuk mengatakan bahwa "ada evolusi yang terjadi karena kebutuhan", namun dibawahnya, mereka sebenarnya mendukung pendapat ini.

Australopithecus Adalah Spesies Kera, dan Tidak Bipedal

Menurut NGC, spesies yang dikenal sebagai Australopithecus adalah nenek moyang manusia pertama yang berjalan tegak. Namun klaim ini tidak benar. Seluruh spesies Australopithecus adalah kera yang punah yang mirip dengan kera saat ini. Kapasitas tengkoraknya sama atau lebih kecil dari simpanse yang ada saat ini. Terdapat bagian yang menonjol pada bagian tangan dan kakinya yang digunakan untuk memanjat pohon, seperti halnya simpanse-simpanse sekarang, dan bentuk kakinya berguna untuk menggenggam ranting. Spesimen Australopithecus bertubuh pendek (maksimal 130 cm) dan, sebagaimana halnya kera masa kini, jantannya jauh lebih besar daripada betinanya. Banyak sifat-sifat lain-seperti detil tengkoraknya, kedekatan letak matanya, gigi gerahamnya yang tajam, bentuk rahangnya, lengan-lengannya yang panjang, dan tungkai-tungkainya yang pendek-menjadi bukti bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak berbeda dengan kera yang ada saat kini.

Pendapat NGC bahwa Australopithecus berjalan tegak adalah pandangan yang dipegang oleh palaeontolog seperti Richard Leakey dan Donald C. Johanson selama puluhan tahun. Namun banyak ilmuwan yang telah melakukan sejumlah besar penelitian tentang bentuk kerangka Australopithecus telah membuktikan tidak validnya pendapat ini. Penelitian besar-besaran yang dilakukan pada berbagai spesimen Australopithecus oleh dua ahli anatomi tingkat dunia dari Inggris dan Amerika, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, menunjukkan bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak berjalan tegak seperti cara manusia, dan bergerak sebagaimana halnya kera modern. Setelah mempelajari tulang-belulang fosil-fosil ini selama 15 tahun dengan biaya dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan kelompoknya yang terdiri dari lima spesialis mencapai kesimpulan bahwa Australopithecus hanyalah spesies kera biasa, dan sama sekali tidak berjalan dengan dua kaki-meskipun Zuckerman sendiri adalah seorang evolusionis. 1 Bersamaan dengan itu, Charles E. Oxnard, yang juga seorang ahli anatomi evolusionis terkenal dalam penelitiannya dalam masalah ini, juga menyatakan kemiripan antara Australopithecus dengan orang utan masa kini.2

Mungkin penelitian terpenting yang menunjukkan bahwa Australopithecus tidak mungkin bipedal muncul di tahun 1994 dari seorang ahli peneliti anatomi Fred Spoor dan kelompoknya di Universitas Liverpool, Inggris. Kelompok ini melakukan penelitian mengenai bagian dalam telinga spesimen fosil Australopithecus. Di bagian dalam telinga manusia dan makhluk hidup tingkat tinggi lainnya, ada organ bernama "koklea" yang menentukan posisi tubuh dari tanah. Fungsi organ ini, yang mengatur keseimbangan manusia, sama dengan "gyroscope," yang mengatur ketinggian terbang pesawat. Fred Spoor menyelidiki mekanisme keseimbangan tak sadar yang ditemukannya dalam organ berbentuk seperti "rumah siput" ini, dan penemuannya sampai kesimpulan bahwa Australopithecus quadrupedal (berjalan dengan empat kaki).3

Ini berarti Australopithecus adalah spesies kera yang punah dan tidak ada hubungannya dengan manusia.

Bahwa Australopithecus tidak dapat diterima sebagai nenek moyang manusia baru-baru ini telah diterima oleh sumber-sumber evolusionis. Majalah ilmiah populer terkenal Perancis, Science et Vie, menjadikannya sebagai tema sampul edisi May 1999. Dengan judul utama "Adieu Lucy" ("Selamat tinggal, Lucy"-Lucy adalah contoh fosil terpenting dari spesies Australopithecus afarensis), majalah ini melaporkan bahwa kera dengan spesies Australopithecus harus dihapus dari pohon kekerabatan manusia. Dalam tulisan ini, berdasarkan penemuan fosil Australopithecus lain yang dikenal dengan sebutan St W573, kalimat berikut ini muncul:

Teori baru menyatakan bahwa genus Australopithecus bukanlah akar ras manusia… Hasil ini dicapai oleh satu-satunya wanita yang diberi wewenang meneliti St W573 berbeda dengan teori biasa mengenai nenek moyang manusia: ini meruntuhkan pohon kekerabatan hominidae. Primata besar, yang dianggap sebagai nenek moyang manusia, telah dihapus dari kesejajaran dalam pohon kekerabatan ini … Australopithecus dan Homo (manusia) tidak muncul pada cabang yang sama. Nenek moyang langsung manusia masih menunggu untuk ditemukan.4

Penemuan penting lainnya mengenai Australopithecus adalah saat disadari bahwa lengan makhluk ini digunakan untuk berjalan, seperti kera yang ada saat ini. Kera mengunakan cara berjalan empat kaki dimana ia bersandar pada buku-buku jarinya. Ini dikenal sebagai "berjalan dengan buku-buku"(knuckle-walking) dan merupakan perbedaan utama antara kera dan manusia. Penelitian kerangka dilakukan di tahun 2000 pada Lucy oleh dua orang ilmuwan evolusionis bernama B.G. Richmond dan D.S. Strait, menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan kedua evolusionis: tangan Lucy memiliki struktur "berjalan dengan buku-buku jari" hewan empat kaki, sebagaimana halnya kera dewasa yang ada saat ini. Komentar Strait dalam wawancara mengenai penemuan ini, yang isinya diliput secara detil dalam jurnal Nature, mengejutkan: "Aku berjalan ke arah lemari, mengeluarkan Lucy dan-abrakadabra!-dia memiliki morfologi yang biasa dimiliki makhluk yang berjalan dengan buku-buku jarinya."5

Homo erectus Adalah Ras Manusia, Bukan Manusia Kera

Dalam dokumenter NGC Homo erectus digambarkan sebagai setengah kera, setangah manusia yang berjalan tegak dan mencoba berbicara dengan mengeluarkan bunyi-bunyi aneh. Meskipun demikian, kenyataannya adalah Homo erectus adalah ras manusia, tanpa sifat kera sama sekali.

Tidak ada perbedaan antara kerangka Homo erectus dan manusia modern. Alasan utama bagi kaum evolusionis menyatakan bahwa Homo erectus "primitif" adalah kapasitas tengkoraknya (900-1,100 cc), yang berarti lebih kecil daripada manusia modern, dan alis matanya yang tebal menonjol. Namun, banyak manusia yang hidup di masa kini yang meiliki kapasitas tengkorak yang sama dengan Homo erectus (suku pigmi, misalnya) dan ras-ras yang memiliki alis mata menonjol (misalnya suku asli Australia).

Merupakan sebuah kenyataan yang telah disepakati bersama bahwa perbedaan kapasitas tengkorak tidak menunjukan perbedaan tingkat kecerdasan atau kemampuan. Kecerdasan bergantung pada susunan dalam otak, bukan volumenya.6

Fosil-fosil yang yang telah membuat Homo erectus menjadi terkenal di seluruh dunia adalah manusia Peking dan manusia Jawa di Asia. Meskipun demikian, pada saat yang bersamaan disadari bahwa kedua fosil ini tidak dapat dipercaya. Manusia Peking terdiri dari sejumlah bagian yang terbuat dari gips (plaster) yang bentuk aslinya telah hilang, dan manusia Jawa "dibentuk" dari potongan-potongan tengkorak dan tulang pinggul (pelvis) yang ditemukan terpisah dalam jarak beberapa meter tanpa ada bukti yang memastikan keduanya berasal dari makhluk yang sama. Inilah mengapa fosil Homo erectus yang ditemukan di Afrika menjadi semakin penting.

Spsimes Homo erectus yang paling terkenal yang ditemukan di Afrika adalah fosil "Anak Laki-laki Turkana" ("Turkana Boy"), yang ditemukan dekat Danau Turkana di Kenya. Dipastikan bahwa fosil itu berasal dari anak laki-laki berusia 12 tahun, yang tingginya akan mencapai 1,83 meter saat dewasa. Struktur kerangka fosil yang tegak tidak berbeda dengan manusia modern. Seorang palaeoantropolog Amerika, Alan Walker, mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa "seorang ahli patologi biasa dapat menunjukkan perbedaan antara kerangka fosil dan manusia modern". Mengenai tengkoraknya, Walker menulis bahwa dia tertawa ketika melihatnya karena "terlihat sangat mirip dengan seorang Neanderthal."7 Karena Neanderthals adalah ras manusia modern, Homo erectus juga merupakan ras manusia modern.

Bahkan evolusionis Richard Leakey mengatakan bahwa perbedaan antara Homo erectus dengan manusia modern tidak lebih dari variasi ras:

Orang akan dapat melihat perbedaan dalam bentuk tengkorak, tonjolan wajah, bentuk alisnya yang kaku dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tidak sejelas yang kita lihat sekarang diantara ras-ras manusia modern yang terpisah secara geografis. Fariasi biologis seperti ini muncul saat masyarakat terpisah dengan masyarakat lain secara geografis untuk jangka waktu yang lama.8

Professor William Laughlin dari Universitas Connecticut melakukan pemeriksaan anatomis menyeluruh pada suku Inuit dan masyarakat yang tinggal di kepulauan Aleutia, dan menemukan bahwa orang-orang ini sangat mirip dengan Homo erectus. Laughlin sampai pada kesimpulan bahwa ras-ras yang berbeda ini merupakan bagian dari ras Homo sapiens (manusia modern):

Saat kita memperhatikan perbedaan-perbedaan besar yang ada pada kelompok-kelompok terpencil seperti bangsa Eskimo dan Bushmen, yang diketahui sebagai anggota spesies yang sama Homo sapiens, sepertinya dapat disimpulkan bahwa Sinanthropus [sebuah spesimen erectus] termasuk anggota spesies yang beraneka ragam tersebut.9

Terdapat perbedaan yang amat besar antara Homo erectus, sebuah ras manusia, dengan kera, sebagai pendahulu Homo erectus dalam skenario "evolusi manusia" (Australopithecus, Homo Habilis, dan Homo rudolfensis). Ini berarti manusia pertama di catatan fosil muncul secara tiba-tiba tanpa sejarah evolusioner.

Dongeng NGC Cocok Sebagai Acara Pengantar Tidur

Para ilmuwan yang menyatakan pandangan mereka di NGC mengatakan pada penonton cerita-cerita berdasarkan khayalan mereka, bukan penemuan ilmiah. Hampir seluruh dokumenter ini terdiri dari kisah-kisah semacam itu. Contoh yang paling menonjol muncul dalam bagian menganai kemampuan berbicara Homo erectus. Orang yang menyandang gelar ilmuwan menyampaikan pandangan-pandangan mereka, dengan penuh keseriusan, mengenai apa yang dibicarakan diaantara anggota spesies Homo erectus. Menurut seorang antrhopolog Dr. Steven Mithen, ketika Homo erectus berbicara, mereka sedang menggosip! Seorang ilmuwan evolusionis lain mengatakan bahwa mereka sedang berbicara mengenai menghidangkan makanan, bukan menggosip!

Ini bukan akhir cerita yang ditampilkan NGC. Para ilmuwan ini, entah bagaimana, juga mengetahui banyak hal lain, misalnya apa yang dipikirkan oleh seorang manusia kera yang berpindah tempat, dan pikiran-pikiran yang dimiliki yang lainnya. Yang aneh lagi adalah, latihan mental Darwin ini, meskipun tidak berdasar ilmiah, dianggap sebagai kenyataan ilmiah.

Propaganda Visual Evolusionis dari NGC

Sepanjang dokumenter di NGC ini, gambar makhluk-makhluk setengah kera setengah manusia yang berburu di padang savana Africa, makan dan berpindah tempat dipertunjukkan. Orang yang menganggap NGC sebagai institusi ilmiah akan tertipu mengira makhluk-makhluk ini memiliki bukti ilmiah. Meskipun demikian, kenyataannya adalah seperti halnya informasi yang diberikan, gambar-gambar tersebut telah disiapkan hanya berdasarkan khayalan evolusionis dan kemampuan para artis dari berbagai kalangan.

Rekonstruksi merupakan salah satu alat propaganda evolusionis yang terpenting. Model manusia-kera dan gambar-gambar yang terlihat dalam dokumenter-dokumenter seperti ini, serta dalam majalah dan koran evolusionis disebut rekonstruksi. Ini benar-benar tidak ilmiah, dan sama sekali tidak menampilkan kebenaran, karena tidak mungkin mendapat informasi apapun mengenai jaringan lunak berdasarkan temuan fosil. Rekonstruksi menggunakan tulang hanya dapat mengupas sifat-sifat makhluk yang secara umum, karena pembentuk morfologi khusus hewan apapun adalah jaringan lunak, yang cepat hancur setelah mati. Oleh karena itu, karena penafsiran jaringan lunak yang sangat penuh spekulasi, gambaran hasil atau model hasil rekonstruksi menjadi sangat tergantung pada khayalan orang yang membuatnya. Earnst A. Hooten dari Universitas Harvard menjelaskannya sebagai berikut:

Rekonstruksi bagian-bagian lunak adalah pekerjaan yang lebih beresiko. Bibir, mata, telinga, dan ujung hidung tidak ada yang tertinggal pada tulang dibawahnya. Anda dengan fasilitas yang sama dapat membubuhkan model raut wajah seekor simpanse pada tengkorak Neanderthaloid atau garis wajah seorang ahli filsafat. Rekonstruksitanpa dasar ini memiliki sangat sedikit nilai ilmiah dan kemungkinan hanya menyesatkan masyarakat… maka jangan pernah mempercayai rekonstruksi.10

Dalam dokumenter NGC, semua detil, seperti rambut, mata, bibir, ekspresi mata, dan bentuk alis makhluk hidup, dapat dilihat. Kenyataannya, karena eevolusionis telah terperangkap dalam khayalan evolusi mereka sehingga memperdebatkan apa yang mungkin dibicarakan oleh makhluk-makhluk khayalan tersebut, tidak mengherankan jika mereka kemudian memunculkan model dan gambar-gambar makhluk tersebut. Meskipun demikian, ini tidak ilmiah. Ini hanya merupakan bagian dari film fiksi ilmiah. Evolusionis tidak bertindak layaknya ilmuwan. Seperti ahli nujum yang meramal, mereka membuat scenario tentang masa lalu dan yang akan datang tanpa bukti apapun yang mendasarinya.

Kesimpulan

Dalam dokumenter NGC, yang menggambarkan evolusi manusia, tidak memberikan bukti-bukti ilmiah tapi hanya menyajikan detail-detail yang tak pernah diketahui, adalah sama sekali tidak memiliki nilai ilmiah. Satu-satunya tempat bagi penayangan dokumenter semacam ini adalah sebuah film fiksi ilmiah atau khayalan sutradara mengenai sejarah manusia. Cara NGC menyiarkan skenario-skenario, yang bahkan tidak dapat membuat anak-anak yakin dengan berkedok ilmiah dan berlindung dibalik kridibilitas institusi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop